Pages

Tuesday, May 4, 2010

Kembali Mendekatkan Diri dengan Alam


Di era yang serba modern saat ini, era kapitalisme tumbuh dengan suburnya. Ketika kita, manusia modern selalu mendambakan memiliki barang mewah, materi, gaji yang tinggi, kerja di tempat yang prestigious, dihormati, bekerja di pusat kota, dsb. Wajar memang, sebagai manusia yang rasional, materi adalah sesuatu yang menggugah, menjamin, dan mampu menyediakan kehidupan yang kita impikan. Rumah Mewah? Mobil Mewah? Istri Cantik? Kenapa tidak!. Siapa yang tidak ingin punya gaji tinggi, dan mampu membeli apa yang ia inginkan, atau hanya sekedar untuk pamer?

Bagi sebagian besar orang, maksimisasi kepuasan diperoleh dinilai dengan materi. Materi, jabatan, yang tinggi menandakan mereka sudah menjadi orang yang suskes. Tiada salah memang. Namun, bagi sebagian orang, materi hanya suatu hal, bukanlah menjadi prioritas. Bagi sebagian orang, semangat berkontribusi, memberi adalah ugahan bagi mereka. Mereka-mereka yang dekat dengan alam, dekat dengan lingkungan. Mereka hidup pas-pasan, namun mampu memberi. Tidakah itu indah?

Sebut saja sosok yang ditampilkan Kompas, Bapak Asri. Bapak Asri adalah pegawai Polres Aceh Tengah. Ia memiliki lahan yang ditumbuhi tidak kurang dari 6,000 pinus. Setiap waktu, pekerjaan-nya sebagai pengawas kehutanan, membuatnya memiliki banyak waktu menjadi “underground activist” di daerahnya. Ia mengkritik kegiatan penebangan pohon pinus yang dilakukan perusahaan kertas setempat, yang tidak tebang pilih. Hal inilah yang menurutnya, mengakibatkan suhu di Aceh Tengah semakin panas.

Pak Asri lalu mengagas ide untuk menanam lahan tandus yang diwariskan orang tuanya untuk ditanami pohon pinus. Tidaklah mudah bagi Pak Asri menumbuhkembangkan pinus, butuh puluhan tahun agar pinus di tempatnya bisa tumbuh mencapai 4-5 meter. Bagi pak Asri, menanam pinus adalah bentuk kepedulian kecil yang ia bisa berikan bagi lingkungan.

Setelah pensiun, pak Asri ditugaskan menjadi pengawas hutan setempat, dengan gaji hanya Rp.500,000/bulan. Bagi Pak Asri gaji itu terasa cukup. Yang lebuh penting baginya, ia tetap bisa terus mengawasi pertumbuhan pinus miliknya, dan terus secara aktif menumbuhkan pinus di lingkungan Aceh Tengah. Sayang, belum banyak anggota masyarkat lain seperti Pak Asri, yang paham betul apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan Lingkungannya.

Alhasil, Pak Asri berhasil menerima penghargaan lingkungan hidup dari Pemerintah setempat selama 3 tahun berturut, turut dari tahun 2002-2005, dan tahun 2007 ia menerima penghargaan lingkungan hidup dari WWF. Sungguh mulia, ia yang hanya menamatkan pendidikan sampai SMA, bisa memberi kontribusi lebih dari kita yang menamatkan pendidikan tinggi, namun tidak bisa berkontribusi nyata.

Apa yang telah dikontribusikan Pak Asri menjadi sebuah pemberlajaran yang berguna bagi kita. Banyak Pak Asri lainnya di Indonesia ini, namun jumlah mereka tidak banyak, yang peduli dengan kelestraian lingkungan. Sebagai orang yang terdidik, tidak mudah bagi kita untuk melepaskan kekayaan materi dan terjun kebawah. Terlalu indah untuk dikorbankan! Namun, tidak ada salahnya sekali –kali kita ikut kegiatan menanam pohon, membersihkan lingkungan sekitar, dan menerapkan kebiasan yang “go green”. Cukup dengan kepedulian kecil, bersama kita tunjukkan kedepulian terhadap lingkungan. Selamatkan lingkungan kita, berikan kontribusi nyata!