Pages

Saturday, September 11, 2010

Reverse Approval - Talk is Cheap!

As an essais, i often criticize government for their late actions regarding low and middle class problems. I just can't stop complaining, seemed that there are no Government exist to help people.
Reversing : If I, become government side, how i may react toward massive complains from people. I tough, they have do their best. Sometimes, they felt they have done the right things, but we feel the opposite. Then, as regulated in UU no. 29, we have to warn government, in a good manner, of course. We act as government do not work. They work, but not in our favor, that's it!

What I'm Concerning On

Okayh, i am ruined now. As i've previously wrote, this lebaran is totally different. Perhaps there are too much trivial things i worried about. I can't just sit down.

Let me list several points, or perhaps subject that i concern about :
1. Religion and Faith > Philosophies. Balancing is the key, assuring i will not be an Ateis, right after I read Marx, or Nietzche

2. Economics > Poverty, Urban Planning, Industrial Cluster, Farming and Marine. I would rather read conventional economics than financial, although i majoring financial.

3. Equality > Chauvinism

4. Leadership > I have worried with the way i lead people. However, there always time to reform

5. Islam > I fully believe, if religion and God exist, Islam is the most reasonable faith among other. To enhance and profound my understanding towards Islam, i push myself harder to spent more time to read Qur'an and other Islamic books.

6. Post-Graduate/Master Degree. I terribly have no idea. The option would be industrial, manpower, and financial

Friday, September 10, 2010

Lebaran yang tidak Pernah Sama Lagi

Sewaktu aku kecil, lebaran merupakan momen yang sangat menggembirakan, yang paling aku tunggu. Pada hari inilah, aku bisa makan sepuasnya, bersantai sepanjang hari dan tentu-menerima uang tambang dari keluarga yang berkunjung. Lebaran bagiku tidak lebih dari sekedar hari libur, namun dengan segala intrik yang memuaskan. Aku hanya sibuk memikirkan diriku, dan kekayaan ku yang kecil hasil menambang selama lebaran, mengunjungi rumah sana keluarga. Ah, masa yang begitu indah.

Lebaran ini tidak pernah sama lagi saat aku semakin banyak membaca buku, semakin banyak membaca koran, dan semakin banyak berpikir lewat kajian filosofis. Tepat sejak-ku menginjak umur 17 tahun.

Kini perasaan ini tidak pernah sama lagi. Semakin aku menanjak dewasa, lebaran yang sama tidak pernah kurasakan lagi. Persis hari ini, ketika umutku tepat 18 tahun lebih sedikit. Ada suasana berbeda, yang sangat implisit, namun jamak dalam keseharian-ku.

Perasaan yang tidak lain adalah rasa iba, atas ketimpangan yang terjadi disekitarku. Aku hidup layak, sementara para pemulung itu tidak. Aku dengan santainya duduk di mobil APV-ku, sementara tukang sapu harus tetap menyapu jalanan. Aku memakan ketupat dengan lahapnya, sementara para pengemis harus puas dengan sedikit beras yang mereka peroleh dari hasil sembako. Tuhan, aku merasa bersalah.

Memang, tidak berdosa aku seperti ini. Toh, aku tidak memakan uang haram, aku merayakan selebrasi hasil juangku selama 1 bulan. Namun, bak jarum yang menusuk kulit, sakitnya menyentil, dan membekas. Setiap kali ku memandang orang miskin yang merenta di jalan, semakin hatiku tersayat, antara senang karena dilahirkan di keluarga yang mumpuni, dan sedih karena tidak berbuat apa-apa.

Lebaran ini menjadi momen renungan yang sempurna bagi jiwa-jiwa yang matang. 30 hari ku berpuasa, 30 hariku mengaji, 30 hariku belajar, aku semakin dekat dengan realitas ketimpangan dunia, yang semakin fana saja. Puasa mengajarkanku sabar, mengaji mengajarkanku untuk tawaddu, dan belajar membuka horizon ku akan lintas dunia dan akhirat. Aku kini merasakan jiwaku semakin matang, aku bukan anak kecil lagi. Jiwa yang semakin melebur dengan dunia nyata, namun tidak siap dan bahkan takut bahwa dunia yang kejam ini akan menyergapku nanti begitu aku lalai.

Namun, hari ini, lebaran yang berbeda ini, aku jadikan saja sebagai satu lagi harian kecilku, akan hal-hal yang harus aku perbaiki kedepannya. Hari ini aku merasakan tempaan yang mendalam. Aku kelihangan momentum lebaran yang menyenangkan, namun aku menemukan lebaran dalam arti yang harfiahnya. Lebaran, adalah momentum aku bahagia, namun tidak sendiri, namun bersama. Saat si kecil pemulung bisa memakai baju barunya pagi ini, saat si ibu penyapu jalan, bisa menyantap ketupatnya dengan leganya, saat TKI bisa kembali menemui keluarganya, hanya menjelang lebaran. Semua ada di lebaran, momen kasih, dan humanis, yang mungkin luput kita sadari.

Hari ini tetap indah, duka lara yang menentramkan, karena hari ini paling tidak, aku menuliskan beberapa paragraf bagi mereka yang berjuang disana, demi lebaran mereka, untuk kusebarkan pada dunia, aku peduli! Lebaran ini dan berikutnya akan berbeda untukku, dan untukmu disana yang tidak mampu, dan kita rayakan ini berdua, hanya saat ini.

Monday, September 6, 2010

Why Regulation won't Work on American's Financial Institutions

There are reasons, argued by Nouriel Roubini, Professor of Economics at the Stern School of Business, NYU, Chairman of Roubini Global Economics :
1. Smart and greedy bankers and traders will always find ways to circumvent new rules
2. CEOs and boards are themselves subject to major conflicts of interest, because they don’t represent the true interest of their firms’ ultimate shareholders
3. CEOs and boards of directors of financial firms – let alone regulators and supervisors – cannot effectively monitor the risks and behaviors of thousands of separate profit and loss centers in a firm, as each trader and banker is a separate P&L with its own capital at risk

As a result, any reform of regulation and supervision will fail to control bubbles and excesses unless several other fundamental aspects of the financial system are changed :
First, compensation schemes must be radically altered through regulation, as banks will not do it themselves for fear of losing talented people to competitors
Second, repeal of the Glass-Steagall Act, which separated commercial and investment banking, was a mistake.
Third, financial markets and financial firms have become a nexus of conflicts of interest that must be unwound.
Fourth, greed cannot be controlled by any appeal to morality and values. Greed has to be controlled by fear of loss, which derives from knowledge that the reckless institutions and agents will not be bailed out.

Source : http://www.project-syndicate.org/commentary/roubini28/English

Sunday, September 5, 2010

Tuhan, Bangunkan Aku!

Terlelap dalam mimpi gelapku
Aku semakin terkunkung dalam penjara duniawi
Kefanaan semakin menusuk pikiranku
Logikaku tidak lagi bernurani

Setiap hari ku berjalan tanpa orientasi
Aku tidak tahu kemana perjalanan ini akan berhenti
Ku berjalan tanpa ada cahaya
Aku tahu aku telah tersesat

Aku mulai meragukan kodrati Ilahi
Aku mulai menerka siapa Ia yang sebenarnya
Namun, semakin aku melawan, semakin aku terikat
Terkait di belenggu kenistapaan kaum-kaum sekuler

Ah, aku memang hidup
Darahku tetap mengalir
Jantung ku tetap berdetak
Namun, hatiku tidak berdentum, Ia telah hilang

Ah, salahku aku mencari kebenaran hakiki ini?
Mencari sebuah pembenaran
Akan sebuah misi akhir dan tertinggi umat manusia
Dalam menemukan Tuhan-nya?

Oh, Tuhan,
Aku tahu Engkau mungkin murka padaku
Maafkanlah hambamu yang nista ini
Aku hanya lalai membaca tandamu keagungan-MU

Namun, Tuhan
Dalam Firman-mu, Engkau selalu memberi hidayah bagi umatmu
Sinarilah aku, hipnotis aku,
Hingga yakinku meyakini Engkau

Oh Tuhan,
Tidak hanya hamba, Jutaan orang juga menunggu hidayahmu Tuhan
Kami hanyalah secuil pasir yang remeh
Namun, kami mempercayaimu, dan menunggu hadir-MU Tuhan.

Oh Tuhan,
Ihdinassiratalmustaqin,,,
Hanya kepada Engkau-lah aku menyembah dan minta tolong
Bangkitkan aku dari tidur panjangku Tuhan!
Dan aku dan mereka bisa kembali meniti jalanku
Menuju surga-Mu yang kekal...
GW PUNYA CITA-CITA! JANGAN TERPENGARUH DENGAN HANYA TAKARAN NOMINAL! GW HARUS KUAT! KARENA GW, AKAN MEMBUAT PERUBAHAN BAGI MANUSIA YANG LEBIH BAIK! FIGHT!

There She is, my Little Fairy

Oh Hello Girl.
You are so different
I see, you are so beautiful
I see, you are so charming
I see, you have a good eyes
I can;t look back over your glimpse
I see, you have a shiny skin
I can't forget the moment i touch it
I see, your face is so beautiful
I can't stop to see over you every time we meet

I know that you are different
You're a little girl, but struggling like a tall man
I never see someone likes you
One who always have a superior aspire
One who always support others when they are down
One who not let herself down by others
One who never say give up

I am proud for having you
You complete another missing puzzle
Forgive me for doubting you earlier
I now believe
That our bonds should be kept for our self
That our sweat won't be useless
That our hope would become true for sure
You, my little fairies
Thank you for stood besides me
Thank you for coloring my new life
Thank you for keep strong against me

I am here for you, for now and then..

Mewujudkan Sistem Ketenagakerjaan yang Kondusif


Demonstrasi Buruh : Semakin Gencar


"We need the same policy decisiveness that saved banks now applied to save and create jobs and livelihoods of people.”
Juan Somavia, ILO Director-General,

Setiap hari, berita ekonomi di berbagai surat kabar berita mengenai tingkat inflasi, tingkat investasi, pengelolaan hutang, BI Rate, nilai tukar, dan berbagai indikator keuangan silih berganti. Mencermati indikator keuangan makro penting adanya dalam menjaga keseimbangan perekonomian Indonesia. Namun, kepedulian pemerintah terhadap sektor keuangan makro belum seimbang dengan aspek perekonmian lainnya, seperti isu ketenagakerjaan, perbaikan infrastuktur transportasi bagi industri, penciptaan persaingan usaha yang sehat, dan semacamnya. Padahal indikator tersebut tidak kalah penting dibandingkan dengan indikator keuangan makro.

Perhatian yang khusus penulis tekankan kepada isu ketenagakerjaan. Jumlah tingkat pengangguran menurut laporan BPS per Agustus 2009 adalah 7,41%. Bila dilihat secara persentase, trend angka pengangguran sudah menunjukan penurunan dari tahun-tahun sebelumnya yang masih berada diatas 8%.

Sekilas tingkat pengangguran memang menujukan trend penurunan.. Namun, hal tersebut belum dibarengi dengan perbaikan sistem ketenagakerjaan dan kesejahteraan tenaga kerja. Argumen tersebut didasarkan atas 3 poin. Pertama, nilai Upah Minimum Provinsi yang secara rata berada dibawah tingkat biaya kebutuhan hidup layak secara rata-rata di seluruh provinsi di Indonesia. Hal ini disebabkan tingkat penyusaian UMP yang tidak sejalan dengan tingkat pertumbuhan kebutuhan hidup tahunan.

Kedua, masih tingginya angka tenaga kerja tidak terdidik. Dominannya tenaga kerja yang tidak terdidik di Indonesia berimbas terhadap rendahnya pertumbuhan tingkat produktifitas tenaga kerja di Indonesia yang hanya berkisar 4%, tertinggal di banding China 11,1%, Singapura 4,1% dan India 5,4%.

Ketiga, buruknya pengelolaan hubungan antara perusahaan dan tenaga kerja, atau yang dikenal dengan hubungan industrial. Menurut laporan BAPPENAS 2005, buruknya pengolaan hubungan kerja merupakan salah satu penyebab mandeknya investasi asing masuk ke Indonesia.

Perbaikan sistem ketenagakerjaan merupakan PR bagi pemerintah kedepan. Menciptakan sistem ketenagakerjaan yang kondusif jangan hanya berfokus terhadap target menurunkan angka pengangguran, namun juga lebih jauh kepada perbaikan tingkat kejahteraan pekerja. Sekiranya terdapat empat hal yang menjadi tantangan pemerintah kedepannya : Pertama, penciptaan tenaga kerja terdidik melalui skema pendidikan formal di sekolah dan program penciptaan wirausaha muda. Kedua, meninjau kembali kelayakan standar upah minimum di sebuah propinsi dengan tingkat biaya kebutuhan hidup layak di semua provinsi.

Ketiga, meninjau dan mengatur kembali UU Ketenagakerjaan no. 13 tahun 2003, terkait pengaturan perihal kerja kontrak, dan outsourcing, pengupahan, penyelesaian perkara hubungan kerja, dan pemutusan hubungan kerja. Keempat, menyelesaikan pembahasan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang didalamnya termasuk sistem jaminan bagi pekerja.

Perbaikan sistem ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat lebih bagi kesejahteraan hidup pekerja, namun juga memberikan dampak langsung bagi akselerasi produktivitas perekonomian Indonesia. Sudah saatnya pemerintah memenuhi slogan “pro poor, pro growth dan pro job” yang diumbar pada awal masa pemerintahan. Jangan sampai slogan tersbeut hanya sekedar wacana pencitraan semata.


Friday, September 3, 2010

This Semester Important Notes

1. My recent activities have ruin most of my schedules. I fully perceived that i overlap with my tasks.

2. While i concerning for committee matters, i just could not left my passions, reading and writing essay which i strongly believe distort my concentration.

3. I only take 18 course credits, but i feel it even harder that previous semester for me have taken a month holiday. I just can not stop thinking about exchanging my own concentration.

4. Theology philosophies, ruined my own belief with a so confusing question. However, a strong stance have help to protect myself from odd thought.

5. Absence of English course-taking, since i enter this university, left me behind than others. I strongly intent to take English course next year.

6. I felt that HR is more interesting than finance. It comes for 2 reason :a. Higher chance to be accepted as lecturer as the competition in HR area is less competitive than Finance. b. I finally found a lecturer, who is eligible to guide me. And she is HR lecturer.


LET ME OUT OF THIS!

Wednesday, September 1, 2010

Menangani Permasalahan Emisi Karbon di Kota


Polusi udara menjadi salah satu permasalahan serius yang mendera kota besar di berbagai belahan dunia. Tingginya intensitas aktivitas industri di kota besar menyumbang polusi udara yang sangat besar. Apalagi di era industrialisasi saat ini, jumlah emisi karbon semakin meningkat. Selain dari industri, emisi buangan kendaraan bermotor juga menyumbang persentase polusi udara yang cukup besar. Seperti yang dapat kita lihat di Jakarta, jumlah sepeda motor mencapai 8 Juta unit, dan mobil mencapai 1 Juta unit. Dengan jumlah kepadatan kendaraan bermotor, tidak heran, tingkat polusi udara semakin meningkat setiap tahunnya.

Diantara berbagai penyebab polusi udara, perihal emisi karbon, menjadi salah satu permasalahan yang kembali hangat disorot. Emisi karbon sangat membahayakan kesehatan tubuh manusia, membuat udara menjadi tercemar, dan yang lebih parah mempercepat kerusakan lapisan ozon.

Pada saat berbagai negara membenahi prosedur penanganan emisi karbon-nya, pemerintah Indonesia belum terlihat menunjukan upaya yang optimal dalam menanganinya, utamanya di kota besar. Menurut laporan World Bank dan UNEP tahun 2008, tingkat emisi karbon di Jakarta mencapai dari batas normal . Laporan World Bank 2008 bahkan menempatkan Jakarta sebagai salah satu dari 20 kota dengan polusi terburuk di Asia. Kondisi ini akan terus bertambah parah apabila perkiraan pakar perihal kelumpuhan Jakarta di tahun 2014 benar-benar terjadi.

Diperlukan penanganan secara efektif dan efisien untuk menanggulanginya. Dari sudut pandang ekonomi, menurut Arthur Pigou, polusi udara menghasilkan eksternalitas negatif dalam kurva keseimbangan. Menurut Pigou, eksternalitas negatif akan memberikan biaya tambahan yang ditanggung oleh masyarakat yang disebut social cost. Untuk mengurangi eksternalitas negatif tersebut, diperlukan serangakaian kebijakan untuk mereduksi produksi emisi karbon. Setidaknya terdapat dua cara yang dapat ditempuh. Model pertama adalah dengan menggunakan carbon emission limit. Melalui kebijakan ini, baik industri maupun kendaraan bermotor diberikan batasan emisi karbon yang diperbolehkan. Kebijakan ini sebenarnya telah pernah dilaksanakan di Jakarta pada tahun 2008, namun saat ini tidak diketahui bagaimana kelanjutannya.

Model kedua adalah dengan menggunakan pajak polusi dan carbon emission trading. Dengan metode ini, industri akan dikenakan biaya setiap jumlah karbon yang dihasilkan. Kebijakan ini telah ditwempuh di beberapa negara maju seperti, Amerika, Irlandia, Jepang, Inggris dan Prancis.

Selian daripada pencanangan kebijakan, diperlukan serangkaian program tambahan untuk memperkuat fondasi kebijakan ramah lingkungan, seperti pembatasan jumlah kendaraan bermotor tiap keluarga, penambahan dan perbaikan angkutan transportasi publik. Kegiatan reboisasi juga harus kembali digiatkan, untuk mereduksi dampak negatif emisi karbon.

Selain itu, berbagai upaya penyadaran masyarakat juga perlu dilaksanakan. Masyarakat perlu disosialisasikan mengenai dampak buruk daripada polusi udara, dan sekaligus mencoba menarik partisipasi masyarakat untuk beralih ke angkutan transportasi publik, tidak membakar sampah di tempat terbuka, dan menggiatkan penanaman tanaman hijau.

Selain mengupayakan pengelolaan domestik, pemerintah juga sekiranya dapat bersikap tegas dalam pertemuan multilateral terkait perubahan iklim. Seperti yang telah disepakati dalam konsensus Kyoto sampai konsensus Copenhagen, negara maju telah berikrar untuk mengurangi tingkat produksi emisi karbon dunia.