Pages

Monday, June 24, 2013

Beribadah Dengan Kesadaran

Mau share hasil ngobrol2 dengan teman terkait  Ibadah dengan kesadaran beberapa hari lalu:

Beribadah tanpa kesadaran tidak ubahnya seperti bekerja tanpa orientasi, yang kita harapkan terbatas kepada gaji, security, tidak lebih. Ketika perusahaan tersebut tidak lagi bisa memberikan yang kita mau, kita pergi dari sana. Perumpamaan ibadah kurang lebih seperti itu. Ketika beribadah hanya ketika kita butuh saja, ia menjadi the sweet escape. Namun disaat kita sudah berkecukupan, ia hanya akan menjadi beban saja.

Manusia yang beribadah atas kesadaran memahami orientasi-nya, bahwa ibadah bukanlah hanya sekedar masalah dosa-pahala. Ibadah adalah suatu ritus yang dilakukan untuk menjadikan manusia yang memaknai hidup dengan jalan yang benar,

Umpamakan Sholat, ibadah yang kita lakukan sebagai sarana kita untuk bermeditasi, wujud syukur, dan sarana untuk mengingat kekuasaan-Allah. Orang yang memaknai Sholat-nya, harusnya tidaklah sombong, ia menjadi pribadi yang rendah hati karena dalam Sholat  ia mengakui keterbatasan ilmunya, meminta ampunan, dan pertolongan kepada Allah serta mengakui kemahabesaran Allah.

Ia akan menjadi pribadi yang tenang, karena menghadap Tuhan-NYA memerlukan ketenangan agar kita bisa merasakan dan mensyukuri limpahan berkah-NYA; ketergesa-gesaan dalam beribadah tidak akan bermakna apa-apa selain penat dan keletihan.

Ia akan menjadi pribadi yang selalu hati-hati dalam bertindak, karena ia menghayati bahwa dalam sholat, kita selalu memohon untuk ditunjukan jalan yang lurus, dan tiada lah bisa kita mendapatkan hal tsb tanpa kehati-hatian dalam menimbang setiap tindakan, pikiran, ucapan dengan baik. Banyak lagi manfaat ketika kita tahu apa yang kita lantunkan dalam setiap bacaan sholat, dalam setiap keheningan yang kita lakukan dalam sholat.

Begitu juga dengan ibadah puasa. Saya sih kurang setuju dengan pandangan bahwa " Puasa itu agar kita merasakan apa yang dirasakan si miskin sehari-hari". Loh, berarti Puasa itu bukan buat universal dong, cuma buat orang mampu doang? Orang miskin gak perlu puasa dong kalau gitu, wong mereka jadi objek-nya?

Puasa ditujukan agar manusia dapat melatih emosi-nya, nafsu-nya. Entah itu nafsu ketika makan, ketika mengambil keputusan, ketika berucap ; nafsu  menjauhkan kita dari sikap rendah hati, tenang, dan hati-hati dalam bertindak. Ibadah Puasa hanya akan menjadi derita bagi mereka yang menjalankannya karena dogmatis semata, karena masalah dosa-pahala. So tidak peduli miskin-kaya, semua perlu menjalankan ibadah puasa, karena toh itu buat kebaikan dirinya sendiri.

Pernah saya bertanya, kok bulan Ramadhan turunnya sekali setahun ya? Well, dalam pandangan singkat, ramadhan itu suatu event simbolitik. Ya, mungkin sifatnya simbolitis, namun ingat, bahwa manusia umumnya mudah mencerna sesuatu yang sifatnya simbolik. Ia hadir 1x dalam setahun, sebagai puncak, bagi mereka yang mudah lupa untuk mengontrol nafsunya. Namun, lagi-lagi simbol hanya sekedar simbol, kalau tidak kita teruskan, dan kita lanjutkan setelahnya. Bulan Ramadhan tidak akan ada bedanya dengan perayaan atau karnaval lainnya kalau semangat-nya habis disana saja.

Karen Armstrong menuliskan, bahwa ibadah tidak ubahnya ritual, metode-metode yang dilaksanakan secara turun-temurun untuk mempermudah manusia mengenal Tuhan-nya, dan mendekat kepada-NYA.  Ibadah hanya akan menjadi ritus semata, kosong, tak berarti, membuat penat, bagi orang yang tidak tahu apa nilai yang terkandung dalam ibadah tersebut.

Semoga kita (termasuk penulis yang sedang belajar) menjadi orang yang dengan Ibadah-nya menjadi pribadi yang diinginkan oleh Allah SWT. :)