Pages

Sunday, March 14, 2010

Dicari Techopreneurs unggulan asli Indonesia

Bill Gates, Founder Microsoft


Arifin Panigoro - CEO MEDCO, Oil and Gas

Saya dihentakkan saat membaca sebuah kolom di harian Sindo, Kamis 25 Februari 2010. Millis, seorang entrepreneur muda asal Inggris berusia 26 tahun, mencatatakan keuntungan miliaran rupiah dari menjual kacamata. Saya berpikir, bagaimana bisa dengan hanya menjual kacamata bisa meraup keuntungan mencapai miliaran rupiah? Millis menggunakan metode internet ­marketing, menjual kacamata via online, yang memberi harga murah bagi kacamata (di Inggris harga kacamata sangat mahal). Ya, kemampuan berinovasi dan pemanfaatan teknologi yang dikombinasikan Danny adalah kunci meraup mega profit dari bisnis kacamata tersebut.

Apa yang diwacanakan diatas menyadarkan kita akan fungsi teknologi di era sekarang. Di era globalisasi saat ini, peran teknologi menjadi sangat vital. Negara yang mampu memproduksi dan menguasai alat-alat yang menciptakan efisiensi kerja manusia akan memimpin arus perekonomian global. Pemerintah di negara maju sadar bahwa kebutuhan akan teknologi telah bergeser dari kebutuhan tersier menjadi sekunder bahkan primer. Pergeseran ini melecut negara maju menggencarkan kegiatan riset dan pendanaan bagi para innovator, dari kalangan akademis untuk menciptakan teknologi-teknologi mutkahir. Alhasil technopreneur seperti Bill Gates, Michael Dell, Mark Zuckerberg terus bermunculan silih berganti.

Kontras terjadi di Indonesia. Belum banyak para techopreneur handal yang lahir di bumi pertiwi Indonesia. Salah satu contoh yang pantas diacungkan jempol adalah Arifin Panigoro, pemimpin PT.Medco Group. Arifin mengungkapkan, salah satu ukuran kualitas seorang wirausaha dalam ekonomi baru adalah kemampuannya memanfaatkan pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan nilai dan membangun daya saing (Sindo : 24 Januari 2010). Pernyataan Arifin sejalan dengan pemikiran tokoh ekonomi Schumpeter, yang mengungkapkan faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pemaknaan techopreneur sesuai yang digagas oleh Arifin Panigoro adalah penciptaan usaha dengan menginternalisasikan unsur teknologi dan inovasi secara kontiniu dalam lini usaha.

Namun, mencetak generasi muda inovatif untuk ditempa menjadi seorang techopreneur tidaklah mudah. Terdapat beberapa program yang dapat ditempuh pemerintah : Pertama, pemerintah, melalui Kementrian Riset dan Teknologi sekiranya dapat membentuk pusat pengembangan technopreneurship, yang digunakan untuk penempaan jiwa wirausaha dan pengembangan teknologi. Kedua, keran-keran pendanaan harus mulai dicari oleh pemerintah yang akan memotivasi para researcher dan innovators secara aktif menciptakan usaha dengan basis teknologi dalam skala masif.

Yang tidak kalah penting adalah proses adopsi pembelajaran yang practical based, alih-alih teoritical based yang umum digunakan di berbagai instansi pendidikan. Penciptaan metode active learning, pengejawantahan teori dalam bentuk praktikum, diharapkan mampu mewadahi ide-ide kreatif siswa dan menghasilkan output berupa hardskills dan softskills. Para siswa juga dibekali dengan metode problem-based , mensimulasikan kondisi real-time yang akan melatih kemampuan berpikir dan kemandirian saat menghadapi masalah-masalah di dunia nyata. Kombinasi skills seorang praktisi dan jiwa wirausaha yang kuat akan membentuk techopreneurs yang handal dan siap berkompetisi secara global kedepannya.

Vivat academia!


0 komentar:

Post a Comment